Rabu, 23 November 2011

kehidupan duniawi adalah bayangan belaka dan kehidupan akhiratlah yang kekal dan abadi.serta hati-hatilah terhadap kehidupan duniawi.

AL QASHASH 28 : 60-61
kehidupan duniawi adalah bayangan belaka dan
kehidupan akhiratlah yang kekal dan abadi.


AT TAQHAABAN 64 :11 - 18
Hati - hatilah terhadap kehidupan duniawi.

AT TAQHAABAN 64 : 11
tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin allah,dan bareang siapa yang beriman kepada Allah,niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya,dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.

AT TAQHAABAN 64 : 12
dan taatlah kepada allah dan taatlah kepada Rasul,jika kamu perpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.

AT TAQHAABAN 64 : 14
hai orang - orang yang berima,sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu
(kadang-kadang istri/anak dapat menjerumuskan suami/ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak di benarkan agama)
maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi Maha penyayang.

AT TAQHAABAN 64 : 15
sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) di sisi allahlah pahala yang besar.

AT TAQHAABAN 64 : 16
maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta'atlah,dan nafkahkanlah nafkah yag baik untukdirimu
(nafkahkanlah nafkah yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat)
dan barang siapa yang di pelihara dari kekikirannya dirinya ,maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

semua perbuatan manusia di catat oleh malaikat dan akan mendapat balasan yang seimbang.

AL INFITHARR 82 : 10 _ 19
semua perbuatan manusia di catat oleh malaikat dan akan mendapat balasan yang seimbang.

AL MA'ARIJ 70 : 19
sesungguhnya manusia di ciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

AL MA'ARIJ 70 : 20
apa bila ia di timpah kesusahan ia berkeluh kesah.

AL MA'ARIJ 70 : 21
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.

AL MA'ARIJ 70 : 22
kecuali orang - orang yang mengerjakan shalat.

AL MA'ARIJ 70 : 23
yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.

************************************************************************************

AMAT MERUGILAH ORANG - ORANG YANG TERPEDAYA OLEH DIRINYA SENDIRI
AL KAHFI 19 : 103 - 106

YAITU ORANG - ORANG YANG TELAH SIA-SIA PERBUATANYA DALAM KEHIDUPAN DUNIA INI,SEDANGKAN MEREKA MENYANGKA BAHWA MEREKA BERBUAT SEBAIK-BAIKNYA.
AL KAHFI 19 : 104

ayat - ayat alquran tentang keduniaan (dunia yang kita tempati saat ini) ,kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sendagurau belaka

ALI IMRON 3 : 196
Jangan sekali - kali kamu terpedaya oleh kegiatan - kegiatan orang - orang (yang ber gerak )di seluruh negri.

ALI IMRON 3 : 200
Wahai orang - orang yang beriman !
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negri) dan bertaqwalah kepadaallah agar kamu beruntung.

AL AN'AM 6 : 116
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini,niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan allah,yang mereka ikuti hanya persaingan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.

AN NAHL 16 : 96
Apa yang ada di sisimu akan lenyam dan
apa yang ada di sisi allah adalah kekal.Dan
kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

AL AHZAB 33 : 42
dan bertasbihlah kepadaNya pada waktu pagi dan petang.

AL ISRA 17 : 7
jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri,dan
jika kamu berbuat jahat maka (kerugian kejahatan)itu untuk dirimu sendiri...

AL KAHF 18 : 73
...janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan
janganlah engkau membebani aku dengan esuatu kesulitan dalam urusanku.

AL AN'AM 6 : 32
DAN KEHIDUPAN DUNIA INI HANYALAH PERMAINAN DAN SENDA GURAU SEDANGKAN NEGRI AKHIRAT ITU,SUNGGUH LEBIH BAIK BAGI ORANG - ORANG YANG BERTAQWA,TIDAKKAH KAMU MENGERTI ?

AL AHZAB 33 : 35
sungguh ,
laki - laki dan perempuan muslim
laki - laki dan perempuan mukmin
laki - laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatanNYa
laki - laki dan perempuan yang benar
laki - laki dan perempuan yang sabar
laki - laki dan perempuan yang khusu
laki - laki dan perempuan bersedekah
laki - laki dan perempuan berpuasa
laki - laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya
laki - laki dan perempuan yang banyak menyebu (nama) Allah
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

LUQMAN 31 : 22
dan barang siapa berserah diri kepada allah,sedang dia orang yang berbuat
kebaikan,maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada bukul )tali) yang kokoh.Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.

LUQMAN 31 : 12
... bersyukurlah kepada Allah ! dan
barang siapa bersyukur Kepada allah,maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri,dan
barang siapa tidak bersyukur (kufur),maka sesungguhnya Allah maha kaya,maha terpuji.

LUQMAN 31 : 14
... bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu,Hanya aku kembalimu.

AL QASAS 28 : 84
barang siapa datang dengan (membawa) kebaikan,maka dia akan mendapat (pahala) yang
lebih baik dari pada kebaikan itu, dan
barang siapa datang dengan (membawa) kejahatan,maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya di beri balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.

AL QASAS 28 : 60
dan apa saja ( kekayaan , Jabatan , keturunan ) yang di berikan kepadamu,maka itu adalah Kesenangan hidup duniawi dan perhiasanya,sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal,tidakkah kamu mengerti ?

AN NAML 27 : 69
... berjalanlah kamu di bumi,lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang - orang yang berdosa.

AN NAML 27 : 70
dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka,dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap upaya tipu daya mereka.

AN NAML 27 : 50
dan mereka membuat tipu daya dan kami pun menyusun tipu daya sedang mereka tidak menyadari.

AL FURQAN 25 : 64
ketahuilah,sesungguhnya milik Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi.
Dia mengetahui keadaan kamu sekarang,dan (mengetahui pula) hari (ketika mereka)di kembalikan kepadaNya,lalu di terangkanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.

AN NUR 24 :52
DAN BARANG SIAPA TAAT KEPADA ALLAH DAN RASULNYA,SERTA TAKUT KEPADA ALLAH DAN BER TAQWA KEPADAnYA,MEREKA ITULAH ORANG-ORANG YANG TELAH MENDAPAT KEMENANGAN.

AN NUR 24 :21
wahai orang - orang yang beriman !
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
barang siapa mengikuti langkah- langkah setan,maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar,kalau bukan karena karunia Allah dan Rahmatnya kepadamu...

AL ANBIYA 21 : 35
setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.dan
kamu akan di kembalikan hanya kepada kami.

AL KAHF 18 : 7
sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasanya baginya,untuk kami menguji mereka ,siapakah diantaranya yang terbaik perbuatannya.

AL KAHF 18 : 84
... tiap - tiap orang berbuat menurut kadaanya
(keadaan,disini ialah Tabiat,karakter dan pengaruh alam sekitarnya_ lingkungan) masing - masing.
Maka TuhanMu lebih mengetahui siapa yang lebih mengetahui jalannya.

Do'a setelah membaca Alquran


Ya allah,
Dengan alquran,karuniakanlah kasih sayangMu kepada Hamba.jadikan alquran sebagai iman,cahaya,hidayah dan sumber rahmat bagi hamba.

Ya allah,
ingatkan hamba bila ada ayat yang hamba lupa mengingatnya.Ajarkan pada hamba,ayat yang hamba bodoh memahaminya,karuniakan pada hamba kenikmatan membacanya.Sepanjang waktu baik tengah malam atau tengah hari,jadikan alquran bagi hamba sebagai hujjah,yaa Rabbal alamin.

Ya allah,
karuniakanlah kebaikan bagi hamba dalam beragama,yang merupakan kunci kehormatan bagi hamba.

*>>> karuniakan kebaikan kepada hamba di dunia,yang merupakan tempat hamba menjalani hidup.
*>>> karuniakan kebaikan akhirat bagi hamba ,yang merupakan tempat hamba kembali.

Jadikan Kehidupan hamba senantiasa lebih baik.
Jadikan Kematian sebagai kebebasan hamba dari segala keburukan.

Ya allah,
jadikan umur terbaik hamba di penghujungnya
jadikan amal terbaik hamba di penutupnya
jadikan hari_hari terbaik hamba saat bertemu denganMU.

Ya allah
Hamba memohon kepadaMU :

permintaan terbaik
doa terbaik
kesuksesan terbaik
ilmu terbaik
amal terbaik
pahala terbaik
kehidupan terbaik
kematian terbaik

kuatkanlah hamba,beratkanlah timbangan hamba tinggikan derajat hamba.Terima hamba shalatnya,Ampuni dosa - dosa Hamba dan memohon surga tertinggi.


Ya allah,
hamba memohon karunia yang wajib engkau berikan,Ampunan yang harus engkau karuniakan,Keselamatan dari segala dosa,ghamimah dari segala kebajikan dan kemenangan mendapat surga serta keselamatan dari api neraka.

Ya allah,
karuniakan kebaikan bagi hamba dalam segala urusan ,berikan pahala kepada kami dari segenap luka dunia dan siksa akhirat.

Ya allah,
anugrahkanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadaMu dan
anugrahkanlah ketaatan kepadaMu yang akan menyampaikan kami ke surgaMU.
anugrahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah di dunia ini.

Ya allah,
anugrahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran,penglihatan dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup dan
jadikanlah balasan kami atas orang - orang yang menganiaya kami dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami.
janganlah engkau jadikan musibah kami ada di dalam urusan agama kami.
janganlah engkau jadikan dunia ini adalah cita - cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami.
janganlah engkau jadikan berkuasa atas kami,orang - orang yang tidak mengkasihi kami.

Ya allah,
jangan pernah engkau tinggalkan dosa melainkan engkau ampuni
tidak ada kegalauan kecuali engkau berikan jalan keluar,
tidak ada utang kecuali engkau penuhi dan
tidak ada satu kebutuhan dunia dan akhirat kecuali engkau penuhi,Wahai Tuhan Semesta Alam

Ya allah,
ya rabb kami brtikan kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat serta jagalah kami dari api neraka.
semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah curah kepada nabi muhammad,keluarga serta para sahabat terpilin.

makna hidup dalam pandangan islam

Tiga Golongan Manusia dalam menghadapi Al-Qur'an (1-20)

Golongan Mukmin (1-5)
Golongan Kafir (6-7)
Golongan Munafik (8-20)

Keesaan dan kekuasaan Allah SWT. (21-39)

Perintah menyembah Allah SWT. Yang Maha Esa (21-22)
Tantangan Allah SWT. kepada Kaum Musyrikin mengenai Al-Qur'an (23-24)
Ganjaran bagi orang-orang yang beriman (25)
Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur'an dan hikmah-hikmahnya (26-27)
Bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. (28-29)
Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi (30-39)

Peringatan Allah SWT. kepada Bani Israil (40-141)

Beberapa perintah dan larangan Allah SWT. kepada Bani Israil (40-48)
Perincian nikmat Allah SWT. kepada Bani Israil (49-60)
Pembalasan terhadap sikap dan perbuatan Bani Israil (61)
Pahala orang yang beriman (62)
Pembalasan terhadap Bani Israil yang melanggar perjanjian dengan Allah SWT. (63-66)
Kisah penyembelihan Sapi Betina (67-74)
Keimanan Orang Yahudi sukar diharapkan (75-82)
Bani Israil mengingkari janjinya dengan Allah SWT. (83-86)
Sikap Orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT. (87-91)
Penyembelihan anak sapi yang dilakukan Bangsa Yahudi merupakan tanda kecenderungan mereka kepada benda (92-96)
Memusuhi Malaikat Jibril AS. berarti memusuhi Allah SWT. yang mengutusnya (97-101)
Tuduhan Orang Yahudi terhadap Nabi Sulaiman AS. (102-103)
Ketidaksopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad SAW. dan sahabat-sahabatnya (104-105)
Menasakhkan suatu ayat adalah urusan Allah SWT. (106-113)
Tindakan-tindakan menghalangi ibadah (114-118)
Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani (119-123)
Perjanjian dengan Nabi Ibrahim AS. (124-129)
Agama Nabi Ibrahim AS. (130-141)

Ka'bah adalah kiblat bagi seluruh umat Islam (142-214)

Sekitar pemindahan Ka'bah (142-152)
Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran (153-157)
Manasik Haji (158)
Laknat terhadap orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah SWT. dan orang-orang kafir (159-162)
Allah SWT. Yang Berkuasa dan Yang Menentukan (163-170)
Makanan yang Halal dan yang Haram (172-176)
Pokok-pokok kebajikan (117)
Kisas dan hikmahnya (178-179)
Wasiat (180-182)
Puasa (183-188)
Berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah SWT. (189-195)
Haji (196-203)
Perbuatan orang-orang munafik (204-210)
Hikmah diutusnya para rasul dan berbagai cobaan bagi para pengikutnya (211-214)

Beberapa Hukum Syariat (215-252)

Orang-orang yang diberi nafkah (215)
Hukum perang dalam Islam (216-218)
Khamr, judi, harta yang dinafkahkan dan pemeliharaan anak yatim (219-220)
Pokok-pokok hukum perkawinan, perceraian, dan penyusuan (221-237)
Kewajiban mengerjakan salat biarpun dalam keadaan takut (238-239)
Wasiat untuk Istri dan Mutah (240-242)
Kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan Allah SWT. (243-252)

Tentang rasul-rasul dan kekuasaan Allah SWT. (253-260)

Keistimewaan dan perbedaan derajat rasul-rasul (253)
Anjuran membelanjakan harta (254)
Ayat Kursi (255)
Tidak ada paksaan memasuki agama Islam (256-257)
Membangkitkan kembali orang-orang yang sudah mati (258-260)

Cara-cara menggunakan harta dan hukum-hukumnya (261-286)

Menafkahkan harta di jalan Allah SWT. (261-274)
Hukum Riba (275-281)
Kesaksian dalam Muamalah (282-283)
Pujian Allah SWT. terhadap para mukmin dan do'a mereka (284-286)

Ringkasan isi

Keimanan:
Dakwah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para musyrikin.
Hukum-hukum:
Perintah mengerjakan salat; menunaikan zakat; hukum puasa; hukum haji dan umrah; hukum qishash; hal-hal yang halal dan yang haram; bernafkah di jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak yatim, larangan riba; hutang piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya; wasiat kepada dua orang ibu-bapa dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajiban menyampaikan amanat; sihir; hukum merusak mesjid; hukum mengubah kitab-kitab Allah; hukum haidh, 'iddah (masa menunggu bagi perempuan yang baru ditinggal suaminya karena meninggal atau cerai), thalak (perceraian), khulu', ilaa' dan hukum susuan; hukum melamar, mahar (mas kawin), larangan mengawini wanita musyrik dan sebaliknya; hukum perang.
Kisah-kisah:
Kisah penciptaan Nabi Adam a.s.; kisah Nabi Ibrahim a.s.; kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.
Dan lain-lain:
Sifat-sifat orang yang bertakwa; sifat orang-orang munafik; sifat-sifat Allah; perumpamaan-perumpamaan; kiblat, kebangkitan sesudah mati.


Mu'min (bahasa Arab: مؤمن) adalah istilah Islam dalam bahasa Arab yang sering disebut dalam Al-Qur'an, berarti "orang beriman", dan merupakan seorang Muslim yang dapat memenuhi seluruh kehendak Allah, dan memiliki iman kuat dalam hatinya. Selain itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mu'min tidak serta-merta berarti "orang beriman" namun orang yang menyerahkan dirinya agar diatur dengan Din Islam. Selain itu, mu'min juga dapat dikatakan orang yang memberikan keamanan atas Muslim.

Dalam Al-Qur'an dijelaskan:
“ Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah Al-Hujurat [49]:14) ”

Ayat ini memnjelaskan perbedaan antara seorang Muslim dan orang beriman.

Juga:
“ Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Surah An-Nisa' [4]:136) ”

Ayat ini mengacu pada orang yang beriman, yang diperintah untuk tetap beriman, dan menjelaskan banyaknya syarat-syarat beriman.

HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini.

Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya "Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya.

Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam?

Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri.

Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur Islam.

Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid).

Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4).

Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang.

Aktualisasi diri!

Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT, berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka. Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup.

Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang hidup oleh Allah SWT. Amin.


Al Qur’an yang menjadi dasar ajaran hidup dalam Islam, memberikan alasan dan keterangan secukupnya mengenai sebab, arti dan tujuan hidup manusia.

A. Sebab adanya hidup
Semesta raya ini dulunya dari kekosongan total, tidak satupun yang ada kecuali Allah yang ESA yang senantiasa dalam keadaan ghaib. DIA mempunyai maksud agar berlaku penyembahan terhadapNYA yang tentu harus dilaksanakan oleh makhluk yang memiliki logika Maka perlulah diciptakan jin dan manusia yang akan menjalani ujian dimana dapat ditentukan berlakunya pengabdian dimaksud. Kedua macam makhluk ini membutuhkan tempat hidup dimana segala kebutuhan dalam pengujian tersedia secara alamiah atau ilmiah, maka diciptakanlah benda angkasa berbagai bentuk, masa dan fungsi. Semuanya terlaksana secara logis menurut rencana tepat, dan tiba masanya dimulai penciptaan Jin dan Manusia, masing-masing berbeda di segi abstrak dan konkrit.

Allah itu Pencipta tiap sesuatu dan DIA menjaga tiap sesuatu itu. (QS 39/62)

DIA pelaksana bagi apa yang DIA inginkan. (QS 85/16)

Dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia itu kecuali untuk menyembah AKU (di akhirat utamanya). QS 51/96.

B. Arti Hidup KINI
Al Qur’an memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa hendaklah menghubungkan dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melaksanakan hukum-hukum tertulis dalam al quran, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya dalam melaksanakan tugas amar makhruf nahi munkar.

DIAlah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar DIA menguji kamu yang mana diantara kamu yang lebih baik perbuatannya, dan DIA Mulia dan Pengampun. (QS 67/2)

Bahwa Kami menunjukkan garis hukum padanya (manusia itu), terserah padanya untuk bersyukur atau kafir. (QS 76/3)

C. Tujuan hidup
Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan batin yang menentukan nilai setiap indivisu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya.

Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien. (QS 3/133)

Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6)

Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus dicapai oleh setiap diri.

Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan demikian.

siksa alam kubur






MENANGIS


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi )
Sepasang suami isteri, akan merasa bahagia ketika mendengar suara tangisan pertama bayinya. Sebaliknya, akan terdengar banyak tangisan ketika sesosok tubuh terbujur kaku sudah tidak bernyawa. Dua tangisan ini biasa terjadi.
Berarti, kita semua kemungkinan besar pernah menangis dan mungkin juga satu saat nanti, akan ditangisi. Memang, tidak ada larangan menangis didalam ajaran Islam.
Pertanyaannya, sudah pernahkah kita menangis karena merasa takut kepada Allah SWT? Menangis seperti itu sangat bernilai. Semua juga tahu, bahwa neraka itu tempat terburuk. Amat sangat menyengsarakan. Tempat yang sangat-sangat perlu dihindari.
Untuk terhindar dari tempat terburuk itu, mumpung masih ada waktu, menangislah puas-puas karena merasa takut kepada Allah SWT. Takut karena pernah meninggalkan perintah-Nya. Takut karena pernah mengerjakan larangan-Nya.

Dari Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Aku berdiri di muka pintu surga tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk surga adalah orang-orang fakir miskin sedangkan orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya dan orang-orang ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka maka ketika saya berdiri di dekat pintu neraka tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang perempuan."(HR. Bukhari - Muslim)

konsep ibadah dalam islam


KONSEP IBADAH DALAM ISLAM

Mukaddimah

Hidup manusia dibumi ini bukanlah suatu kehidupan yang tidak mempunyai tujuan dan matlamat dan bukanlah mereka boleh melakukan sesuatu mengikut kehendak perasaan dan keinginan tanpa ada batas dan tanggungjawab.

Tetapi penciptaan makhluk manusia di bumi ini adalah mempunyai suatu tujuan dan tugas risalah yang telah ditentu dan ditetapkan oleh Allah Tuhan yang menciptanya.

Tugas dan tanggungjawab manusia sebenarnya telah nyata dan begitu jelas sebagaimana terkandung di dalam al-Quran iaitu tugas melaksanakan ibadah mengabdikan diri kepada Allah dan tugas sebagai khalifah-Nya dalam makna mentadbir dan mengurus bumi ini mengikut undang-undang Allah dan peraturan- Nya. Firman Allah swt. maksudnya:

“Dan Aku Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (menyembah) kepada Ku”. (Az-Zaariyaat: 56)

Firman Allah swt. bermaksud:

“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa) di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebaha-gian (yang lain) beberapa darjat untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (al-An’aam: 165)

Tugas sebagai khalifah Allah ialah memakmurkan bumi ini dengan mentadbir serta mengurusnya dengan peraturan dan undang-undang Allah. Tugas beribadah dan mengabdi diri kepada Allah dalam rangka melaksanakan segala aktiviti pengurusan bumi ini yang tidak terkeluar dari garis panduan yang datang dari Allah swt. dan dikerjakan segala kegiatan pengurusan itu dengan perasaan ikhlas kerana mencari kebahagian dunia dan akhirat serta keredaan Allah.

Allah swt. telah menyediakan garis panduan yang lurus dan tepat kepada manusia dalam rangka pengurusan ini. Allah dengan rasa kasih sayang yang bersangatan kepada manusia diturunkannya para rasul dan bersamanya garis panduan yang diwahyukan dengan tujuan supaya manusia itu boleh mengurus diri mereka dengan pengurusan yang lebih sempurna dan bertujuan supaya manusia itu dapat hidup sejahtera dunia dan akhirat.

Pengertian Ibadah

Kalimat ibadah berasal daripada kalimat `abdun’. Ibadah dari segi bahasa bererti patuh, taat, setia, tunduk, menyembah dan memperhambakan diri kepada sesuatu.

Dari segi istilah agama Islam pula ialah tindakan, menurut, mengikut dan mengikat diri dengan sepenuhnya kepada segala perkara yang disyariatkan oleh Allah dan diserukan oleh para Rasul-Nya, sama ada ia berbentuk suruhan atau larangan.

Ibnu Taimiah pula memberi takrif Ibadah, iaitu nama bagi sesuatu yang disukai dan kasihi oleh Allah swt.

Perintah Allah dan Rasul-Nya ini hendaklah ditunaikan dengan perasaan penuh sedar, kasih dan cinta kepada Allah, bukan kerana terpaksa atau kerana yang lain dari cintakan kepada-Nya.

Para Nabi dan Rasul merupakan hamba Allah yang terbaik dan sentiasa melaksanakan ibadah dengan penuh kesempurnaan di mana setiap arahan Tuhannya, mereka patuhi dengan penuh perasaan cinta dan kasih serta mengharap keredaan dari Tuhannya. Mereka menjadi contoh teladan yang paling baik kepada kita semua dalam setiap pekerjaan dan amalan sebagaimana yang dianjurkan oleh al-Quran itu sendiri.

Firman Allah swt. maksudnya:

“Sesungghnya bagi mu, apa yang ada pada diri Rasulullah itu contoh yang paling baik”. (al-Ahzab: 21)

Sesetengah ulama mengatakan bahawa perhambaan (ibadah) kepada Allah hendaklah disertai dengan perasaan cinta serta takut kepada Allah swt. dan hati yang sihat dan sejahtera tidak merasa sesuatu yang lebih manis, lebih lazat, lebih seronok dari kemanisan iman yang lahir dari pengabdian (ibadah) kepada Allah swt. Dengan ini maka akan bertautlah hatinya kepada Allah dalam keadaan gemar dan reda terhadap setiap perintah serta mengharapkan supaya Allah menerima amalan yang dikerjakan dan merasa bimbang serta takut kalau-kalau amalan tidak sempurna dan tidak diterima oleh Allah seperti yang ditegaskan dalam firman-Nya yang bermaksud:

“(Ia itu) Oran yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat”. (Qaf: 33)

Orang yang memperhambakan dirinya (beribadah) kepada Allah mereka akan sentiasa patuh dan tunduk kepada kehendak dan arahan Tuhannya, sama ada dalam perkara yang ia suka atau yang ia tidak suka dan mereka mencintai dan mengasihi Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lain-lainnya. Mereka mengasihi makhluk yang lain hanyalah kerana Allah semata-mata, tidak kerana yang lain Kasihkan kepada Rasulullah saw. pula kerana ia membawa Risalah Islam, cintakan kepada Rasulullah saw. hendaklah mengikuti sunahnya sebagaimana firman Allah swt. maksudnya:

“Katakanlah (wahai Muhammad) sekiranya kamu kasihkan Allah maka ikutilah aku (pengajaranku) nescaya Allah akan mengasihi kamu dan mengampunkan dosa- dosa kamu”. (Al-Imran: 31)

Dan andainya kecintaan kamu kepada selain Allah dan Rasul-Nya itu mengatasi dan melebihi dari kencintaan dan kasih kepada yang lain; Allah akan turunkan keseksaan-Nya kepada manusia yang telah meyimpang dari ketentuan-Nya. Firman Allah swt. maksudnya:

“Katakanlah (Muhammad) jika ibu bapa kamu, anak-anak kamu, saudara mara kamu, suami isteri kamu, kaum keluarga kamu, harta benda yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu bimbangkan kerugiannya, dan rumahtangga yang kamu sukai itu lebih kamu kasihi daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad untuk agama Allah, maka tunggulah (kesiksaan yang akan didatangkan) oleh Allah. Dan Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang fasik”. (At-Taubah: 24)

Ruang lingkup Ibadah dan Hubunganya dengan kehidupan

Sebgaimana yang dijelaskan di atas nyatalah ibadah itu itu bukanlah sesempit apa yang difahami oleh sebahagian dari kalangan manusia yang tidak dapat memahami kesempurnaan Islam itu sendiri di mana pada anggapan mereka Islam itu hanya suatu perbicaraan pasal akhirat (mati) dan melakukan beberapa jenis ibadah persendirian tidak lebih dari itu. Begitu juga bila disebut ibadah apa yang tergambar hanyalah masjid, tikar sembahyang, puasa, surau, tahlil, membaca al-Quran, doa, zikir dan sebagainya iaitu kefahaman sempit disekitar ibadah-ibadah khusus dan ritual sahaja tidak lebih dari itu. Kefahaman seperti ini adalah akibat dari serangan fahaman Sekular yang telah berakar umbi ke dalam jiwa sebahagian dari kalangan orang-orang Islam.

Islam adalah suatu cara hidup yang lengkap dan sempurna, yang merangkumi semua bidang kehidupan dunia dan akhirat, di mana dunia merupakan tanaman atau ladang yang hasil serta keuntungannya akan dituai dan dinikmati pada hari akhirat kelak.

Ibadah dalam Islam meliputi semua urusan kehidupan yang mempunyai paduan yang erat dalam semua lapangan hidup dunia dan akhirat, tidak ada pemisahan antara kerja-kerja mencari kehidupan di muka bumi ini dan hubungannya dengan balasan akhirat. Islam mengajarkan kepada kita setiap apa juga amalan yang dilakukan oleh manusia ada nilai dan balasan sama ada pahala atau siksa. Inilah keindahan Islam yang disebut sebagai ad-Deen yang lengkap sebagai suatu sistem hidup yang boleh memberi kesejahteraan hidup penganutnya di dunia dan di akhirat.

Dengan kata lain setiap amalan atau pekerjaan yang membawa manfaat kepada individu dan masyarakat selama ia tidak bercanggah dengan syarak jika sekiranya ia memenuhi syarat-syaratnya, seperti dikerjakan dengan ikhlas kerana Allah semata-mata bukan kerana mencari kepentingan dan mencari nama serta ada niat mengharapkan balasan dari manusia atau ingin mendapat pujian dan sanjungan dari manusia; maka amalan-amalan yang demikian akan mejadi ibadah yang diberi pahala di sisi Allah swt di akhirat kelak, insya’-Allah.

Berdasarkan kepada konsep ibadah tersebut maka setiap perbuatan pertolongan baik kepada orang lain seperti membantu orang sakit, tolong merengankan beban dan kesukaran hidup orang lain, memenuhi keperluannya, menolong orang yang teraniaya, mengajar dan membimbing orang yang jahil adalah ibadah.

Termasuk juga dalam makna ibadah ialah setiap perbuatan, perkataan manusia zahir dan batin yang disukai dan diredai oleh Allah swt. Bercakap benar, taat kepada ibu bapa, amanah, menepati janji, berakata benar, memenuhi hajat keperluan orang lain adalah iabadah.

Menuntut ilmu, menyuruh perkara kebaikan dan mencegah segala kejahatan, berjihad, memberi pertolongan kepada sesama manusia, dan kepada binatang, berdoa, puasa, sembahyang, membaca al-Quran semuanya itu juga adalah sebahagian dari ibadah.

Begitu juga termasuk dalam pengertian ibadah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan hukum-hukum Allah, sabar menerima ujian, bersyukur menerima nikmat, reda terhadap qadha’ dan qadar-Nya dan banyak lagi kegiatan dan tindakan manusia yang termasuk dalam bidang ibadah.

Kesimpulannya ruanglingkup ibadah dalam Islam adalah terlalu terlalu luas yang merangkumi semua jenis amalan dan syiar Islam dari perkara yang sekecil-kecilnya seperti cara makan, minum dan masuk ketandas hinggalah kerja-kerja menguruskan kewangan dan pentadbiran negara semuanya adalah dalam makna dan pengertian ibadah dalam ertikata yang luas apabila semuanya itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya dengan menurut adab dan peraturan serta memenuhi syarat-syaratnya.

Hubungan Iman dan Amal

Iman bukanlah sekadar suatu keyakinan dan pembenaran dalam hati terhadap apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tetapi iman yang hakiki dan sebenar ialah merangkumi pembenaran dan keyakinan di dalam hati, pengucapan di lidah serta melaksanakan amalan dengan anggota badan iaitu melakukan amalan soleh, maka dengan ini dapatlah difahami iman itu bukanlah sekadar ucapan lidah dan keyakinan dalam hati sahaja tetapi amalan merupakan sebagai bukti kesempurnaan, keteguhan dan kemantapan iman seseorang.

Imam al-Ghazali menjelaskan dalam hubungan ini dengan katanya:

“Iman itu ialah akidah, perkataan dan perbuatan”.

Dengan makna akidah itu sebagai membenarkan dan mepercayai dengan hati kepada segala yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. (perkara yang mudah (dharuri) dari agama). Perkataan adalah sebagai ikrar dan pengakuan dengan lisan dan perbuatan adalah sebagai beramal melaksanakan segala perintah Allah dengan anggota (badan yang lahir).

Hadis Rasulullah saw. menguatkan adanya hubungan yang sangat erat di antara iman dan amal. dengan sabdanya sebagai berikut: Sabda Rasulullah saw. maksudnya:

“Iman itu lebih dari enam puluh cabang; yang paling tingginya La-Ilaaha-Illallaah dan dan yang paling rendahnya membuang sampah dari tengah jalan”. (H.R.Bukhari)

Hadis ini menyatakan dengan jelas perbuatan membuang sampah sebagai sebahagian dari iman. Ini bermkna iman itu jelas bukan sekadar keyakinan dan kepercayaan dalam hati tetapi ia juga merangkumi amal atau perbuatan manusia.

Pembahagian Ibadah

Untuk memudahkan bahasan dan perbincangan kita berhubung dengan ibadah ini, ulamak-ulamak Islam membahagikan ibadah kepada dua bahagian sebagai berikut:

1. Ibadah khusus

2. Ibadah Umum

Ibadah khusus ialah semua amalan yang tercantum dalam bab al-Ibadaat yang utamanya ialah sembahyang, puasa, zakat dan haji.

Ibadah Umum pula ialah segala amalan dan segala perbuatan manusia serta gerak-geri dalam kegiatan hidup mereka yang memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Amalan yang dikerjakan itu di akui oleh syarak dan sesuai dengan Islam.

2) Amalan tersebut tidak bercanggah dengan syariat, tidak zalim, khianat dan sebagainya

3) Amalan tersebut dikerjakan dengan niat ikhlas semata-mata keranaAllah swt. tidak riak, ujub dan um’ah.

4) Amalan itu hendaklah dikerjakan dengan sebaik-baiknya

5) Ketika mengerjakan amalan tersebut tidak lalai atau mengabaikan kewajipan ibadah khusus seperti sembahyang dan sebagainya.

Firman Allah swt. maksudnya:

“Lelaki yang tidak dilalaikan mereka oleh perniagaan atau jual beli dari mengingati Allah, mendirikan sembahyang dan mengeluarkan zakat mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (An-Nur: 37)

Amalan-Amalan yang Tidak Menjadi Ibadah

Dilihat dari syarat-syarat di atas, nampaklah kepada kita bahawa sesuatu amalan yang dikerjakan oleh seseorang begitu sukar sekali untuk mencapai kesempurnaan dalam makna ibadah dengan ertikata yang sebenar-benarnya mengikut syarat-syarat dan ketentuan tersebut di atas, oleh itu kita hendaklah bersungguh-sungguh dalam mengusahakan amalan kita supaya dapat mencapai matlamat ibadah yang sempurna dengan menyempurnakan segala syarat-syaratnya.

Dan kita hendaklah sentiasa meneliti dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh agar kita tidak tertipu dengan amalan kita sendiri; dengan menyangka kita telah banyak melaksanakan amal ibadah dengan sempurna tetapi pada hakikatnya tidak demikian, kita takut akan tergolong ke dalam golongan manusia yang tertipu dan sia-sia amalan kita dan apa yang kita dapat hanyalah penat dan lelah. Ini kerana kita melakukan amalan dan kerja-kerja kebajikan itu tidak menepati dan tidak selari dengan ketentuan dan syarat-syarat ibadah dan amal soleh yang dikehandkki itu.

Dari itu disamping kita melaksanakan segala amalan zahir dengan sempurna mengikut petunjuk dari Rasulullah saw. apa yang lebih penting lagi ialah kita membetulkan amalan batin iaitu amalan hati supaya betul iaitu niat dengan ikhlas, amalan itu semata-mata kerana Allah tidak kerana yang lain dari-Nya. Dan kita juga hendaklah sentiasa menjaga keikhlasan hati kita ini dari penyakit-penyakit yang boleh merusakannya seperti riak, ujub, sum’ah, takabur dan sebagainya.

Kesimpulan secara mudah ialah seorang lelaki yang memakai pakaian untuk menutup aurat dari kain sutra, dan perempuan yang berpakaian meliputi badannya tetapi masih menampakan susuk badannya masih lagi tidak dinamakan ibadah, atau seorang menderma dengan tujuan supaya dipuji dan digelar sebagai dermawan atau seorang yang rajin bersembahyang dengan niat tujuan supaya digelar sebagai ahli ibadah oleh manusia; itu semua tidak termasuk dalam makna ibadah yang diterima oleh Allah swt.

Dengan demikian jelaslah kepada kita segala amalan yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas itu tidak dikira sebagai ibadah. Niat dan tujuan serta matlamat adalah sangat penting dalam sesuatu amalan di samping amalan tersebut tidak bercanggah serta diakui sah oleh syariat Islam.

Matalamat dan Tujuan Ibadah

Sebagaimana kita ketahui dan maklum bahawa pengutusan manusia ke dunia ini tidak lain melainkan untuk beribadah (memperhambakan diri) kepada al-Khaliq, Allah Yang Maha Pencipta dan juga kita telah mengetahui bahawa pengertian ibadah dalam Islam merangkumi semua bidang amalan dalam kehidupan manusia.

Dan di sini timbul pertanyaan kenapa kita mengabdi menyembah Allah dan apakah matlamat ibadah itu ? Apakah ada faedah untuk-Nya atau apa faedah yang boleh didapati oleh seseorang hamba yang menyembah-Nya ?

Jawapannya ialah bahawa Allah swt. Yang Maha Suci dan Maha Tinggi tidak mendapat sebarang faedah dari ketaatan orang yang menyembah-Nya dan tidak memberi mudarat sedikitpun dari keengganan orang yang menentang dan engkar kepada perintah-Nya.

Begitu juga tidak menambahkan kuasa keagungan pemerintahan-Nya oleh puji-pujian orang yang memuji-Nya dan tidak mengurangi keagungan kekuasaan-Nya oleh keengkaran orang-orang yang mengengkari perintah-Nya.

Ini kerana Allah Maha Kaya dan mempunyai segala-galanya kerana semua yang ada di alam ini menjadi milik-Nya belaka sedangkan kita manusia adalah satu dari makhluk Allah yang banyak itu, makhluk manusia ini terlalu kecil, hina dan miskin, serba kekurangan dan sentiasa berhajat dan memerlukan kepada-Nya.

Allah, Dialah Tuhan Maha Pemurah, Maha Mulia, Maha Penyayang serta bersifat Maha Memberi kepada semua makhuk-Nya dan Dia tidak menyuruh kita mengerjakan sesuatu melainkan perkara itu mendatangkan kebaikan bagi makhluk itu sendiri.

Firman Allah swt. maksudnya:

“Sesungguhnya Kami telah kurniakan hikmat (ilmu pengetahuan) kepada Luqman supaya dia bersyukur kepada Allah dan sesiapa yang bersyukur, sebenarnya dia bersyukur dagi faedah dirinya sendiri dan sesiapa yang ingkar, sesungghnya Allah Maha Kaya lagi Terpuji”. (Luqman: 12)

Dari itu kita wajiblah mensyukuri segala nikmat dan kurniaan Allah swt. kepada kita semua yang mana sekiranya kita hendak menghitugnya sudah tentu kita tidak mampu untuk berbuat demikian, begitulah besar dan banyaknya pemberian Allah kepada kita semua sebagai makhluk-Nya.

Kelazatan Bermunajat dan Mentaati Allah

Kelazatan beribadah ini dapat digambarkan dari beberapa peristiwa yang berlaku kepada baginda Rasulullah saw. para sahabat, tabi’in dan para solihin, kelazatan ini akan timbul apabila adanya hubungan hamba dengan Tuhannya yang begitu erat dan di mana seorang hamba begitu gembira dan begitu senang memuji-muji kebesaran Allah swt. ini semua berlaku dari sebab makrifat-nya (kenalnya) seseorang hamba itu kepada

Tuhannya sehingga hamba itu merasa rindu apabila ia tidak dapat menghadap Tuhannya, dan merasa gelisah kerana tidak dapat bertemu dengan yang dicintai dan dikasihinya. B begitu juga apabila seorang hamba mengalami sedikit kesusahan tentulah ia akan mengadu ketempat yang dapat menerima pengaduan dan boleh menyelesaikan masalah dan kesusahannya. Tiada tempat yang layak untuk berbuat demikian melainkan kepada Yang Maha Agung dan Maha Berkuasa.

Firman Allah swt. maksudnya:

“Demi sesungguhnya Kami mengetahui bahawa engkau (Muhammad) bersusah hati dengan apa yang mereka katakan maka hendaklah engkau bertasbih memuji Tuhanmu serta jadilah dari golongan orang-orang yang sujud beribadah dan sembahlah Tuhanmu sehingga tiba kepadmu perkara yang tetap (iaitu mati)”. (al-Hijr: 97-99)

Begitu juga di waktu orang-orang mukmin mendapat kurnia ia bersyukur seterusnya memuji kepada Allah swt. Firman Allah swt. maksudnya:

“Bila datang pertolongan Allah dan kemenangan (pembukaan Makkah) dan engkau lihat manusia berduyun-duyun masuk agama Allah swt. maka ucapkanlah tasbih dengan memuji Tuhanmu dan mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia suka menerima taubat”. (an-Nasr: 1-4)

Ibadah Hanya Untuk Allah

Pada hakikatnya pengabdian terhadap Allah swt. merupakan suatu kebebasan yang hakiki, jalan bagi mencapai kepada ketuannan yang sejati, kerana Allahlah yang boleh membebaskan hati nurani manusia dari perhambaan kepada sebarang makhluk dan memerdekakannya dari perhambaan dan kehinaan serta tunduk kepada yang lain dari Allah seperti tunduk kepada Tuhan-Tuhan palsu, berhala, manusia yang selalunya memperhamba dan mengongkong keyakinan manusia dengan sekuat-kuatnya miskipun pada lahirnya mereka bertindak seperti tuan yang bebas dan merdeka.

Perhambaan diri kepada Allah itu membebaskan manusia daripada perhambaan sesama makhluk kerana dalam hati manusia ada keperluan sejati kepada Allah, kepada Tuhan yang disembah yang mana dia bergantung kepadanya dan berusaha serta bekerja untuk mencapai keredaan-Nya. Jika yang disembah itu bukan Allah Yang Maha Esa tentulah manusia akan meraba-raba meyembah bermacam-macam Tuhan dari setiap objek benda dan khayalan yang ada dalam pemikiran dan yang berada di sekeliling mereka.

Tidak ada sesuatu pekerjaan yang paling mulia bagi manusia yang berakal selain dari beribadah menyembah Allah yang menciptanya dan menjadikan dirinya dengan sebaik-baiknya dan perkerjaan yang seburuk-buruknya kepada seorang manusia itu pula ialah menafi dan mendustakan Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka menyembah dan mengabdikan diri mereka kepada Tuhan yang lain dari Allah swt.

Seorang hamba abdi yang taat kepada tuannya tentulah akan merasa senang dan gembira kerana ia tahu apa yang disukai oleh tuannya lalu disempurnakannya suruhan itu dengan segala senang hati dan disempurnakan dengan sebaik-baiknya. Manakala seorang hamba yang dimiliki oleh beberapa orang tuan selalu bertelingkah antara sesama mereka; yang satu menyuruh hamba itu melakukan sesuatu yang ditegah oleh yang lain, maka alangkah susah dan deritanya hamba tersebu itu untuk melakukan perintah-perintah Tuhan yang saling bertentangan perintahnya antara satu Tuhan dengan Tuhan yang lain.

Kalau orang yang menyembah selain dari Allah menjadi musyrik (kafir di- sebabkan ia melakukan perbuatan syirik), maka begitulah juga orang yang takabur menjadi musyrik (orang syirik), sebagaimana Firaun kerana kesombongan dan takaburnya, sebagaimana firman Allah swt. bermaksudnya:

“Nabi Musa as. berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kamu daripada perbuatan orang yang takabur yang tidak percaya hari Perhitungan”, demikianlah Allah meterikan setiap hati orang yang takabur lagi bermaharajalela”. (al-A’raf: 27)

Kajian menunjukan bahawa semakin besar keangkuhan seseorang yang enggan tunduk dan patuh beribadah (mengabdi diri) kepada Allah, semakin besar kesyirikannya dengan Allah, Kerana menurut kebiasaannya semakin banyak takabur tidak mahu menyembah Allah semakin bertambahlah pergantungan manusia itu terhadap makhluk yang dicintainya yang menjadi pujaan utama bagi hatinya; yang demikian mereka akan menjadi musyrik dengan sebab menjadikan dirinya hamba (menyembah) kepada selain dari Allah swt.

Hati atau keyakinan manusia tidak akan terlepas dari perhambaan kepada makhluk kecuali mereka menjadikan Allah sebagai Tuhannya yang sebenar dan sejati, tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, tiada tempat bergantung dan meminta pertolongan melainkan dari-Nya, Tidak merasa gembira melainkan dengan apa yang disukai dan diredai-Nya, Tidak ia benci melainkan apa yang dibenci oleh Allah, tidak ia memusuhi kecuali orang yang Allah memusuhinya, tidak ia kasih melainkan kepada orang yang di kasihi oleh Allah, tidak ia memberi kecuali kerana Allah dan tidak ia melarang kecuali kerana Allah.

Semakin tulus keikhlasan seseorang itu kepada Allah maka semakin sempurnalah ubudiyahnya (perhambaanya) kepada Allah dan terlepas dari pergantungannya kepada sesama makhluk, dengan sempurna ubudiyahnya kepada Allah maka sempurnalah kesuciannya dari sifat syirik.

Tidak Harus Kepentingan Dunia Dijadikan Tujuan Ibadah

Samasekali tidak sesuai dengan tujuan Islam yang suci di mana tujuan atau kepentingan dunia menjadi matlamat dalam amalan atau ibadah seseorang, ataupun kepentingan dunia atau faedah-faedah dunia menjadi pendorong seseorang untuk melakukan printah ibadah kepada Allah swt.

Begitu juga kalau tujuan beramal dan beribadah kepada Allah swt. untuk mendapatkan kesucian jiwa dan dengan itu dapat mengembara ke alam arwah dan dapat melihat malaikat serta dapat melakukan sesuatu yang luar biasa, mendapat keramat (kemuliaan) dan ilmu ladunni.

Semuanya ini disangkal oleh para ulamak dengan katanya: “Yang demikian adalah terkeluar daripada jalan ibadah, Ia merupakan ramalan kepada ilmu atau perkara ghaib, malah akan menjadi ibadah kepada Allah itu sebagai jalan menuju ke arah demikian yang mana pada akhirnya lebih hampir kepada meninggal ibadah.”Orang-orang yang beribadah dengan maksud yang demikian termasuk di bawah pengertian ayat al-Quran yang maksudnya:

“Sebahagian daripada manusia yang menyembah Allah secara tidak tetap, bila mendapat kebaikan dia teruskan dan bila terkena kesusahan dia berpaling tadah. Rugilah dia di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang amat nyata”. (al-Hajj: 11)

Begitulah keadaan orang yang beribadah dengan tujuan mendapatkan faedah-faedah dunyawi jika sampai dan berhasil tujuan dan kehendaknya bergembiralah dia dan kuatlah tujuannya tetapi lemahlah ibadahnya jika tujuannya tidak berhasil dia meninggalkan ibadah itu.


Kesimpulan

Sebagaimana yang telah kita faham sebelum ini runglingkup ibadah itu adalah terlalu luas sebagaimana yang telah dijelaskan iaitu ibadah merupakan semua kegiatan hidup manusia itu sendiri yang sesuai dengan syariat Islam yang suci dan murni itu, oleh itu bolehlah difaham ibadah dalam Islam bermula sejak dari adab-adab masuk ketandas mengerjakan qadha’ hajat hinggalah sampai kepada bagaimana cara mengurus kewangan dan mentadbir negara.

Kegiatan hidup manusia ini akan termasuk ke dalam makna ibadah yang diberi ganjaran dan pembalasan pahala baik di akhirat apabila ia menepati dengan kehendak syarak, tidak menyeleweng dari kehendak dan ketentuan Allah swt. dikerjakan mengikut peraturan dan syarat-syaratnya, disertai pula dengan niat yang betul dan ikhlas semata-mata dilakukan kerana mencari keredaan Allah swt. tidak kerana yang lain dari-Nya, menghindarkan diri dari perasaan riak, (menunjuk-nunjuk), ingin dipuji dan terkenal sebagai orang yang rajin, tekun, orang baik dan ingin disebut-sebut sebagai ahli ibadah oleh orang ramai dan juga suka berbangga dengan memberi tahu kepada orang lain akan amal kebajikannya. Ia juga hendaklah menghindarkan diri dari merasa bangga kerana ia telah banyak berbuat kebajikan dan berbuat amal ibadah.

Oleh itu ibadah dalam Islam bukanlah terhad kepada amalan-amalan ibadah yang ritual semata-mata seperti sembahyang, zikir, puasa, haji dan sebagainya yang disebut sebagai ibadah khusus, tetapi ibadah merangkumi, kerja-kerja kemasyarakatan dan sosial, mencari rezki, sahinggalah kepada mengurus dan mentadbir negara; semuanya itu akan menjadi ibadah sekiranya ia dilakukan menurut cara dan kehendak Islam serta niat dari hati yang ikhlas semata-mata kerana Allah swt.

Wallahu a’lam.

pengertian kiyai_ulama_ustad_ahli agama_santri


a. Ulama

Pengertian ulama dalam istilah fiqih memang sangat spesifik, sehingga penggunaannya tidak boleh pada sembarang orang. Semua syaratnya jelas dan spesifik serta disetujui oleh umat Islam. Paling tidak, dia menguasai ilmu-ilmu tertentu, seperti ilmu Al-Quran, ilmu hadits, ilmu ifiqih, ushul fiqih,qawaid fiqhiyah serta menguasai dalil-dalil hukum baik dari Quran dan sunnah. Juga mengerti masalah dalil nasikh mansukh, dalil 'amm dan khash, dalil mujmal dan mubayyan dan lainnya.

Dan kunci dari semua itu adalah penguasaan yang cukup tentang bahasa arab dan ilmu-ilmunya. Seperti masalah nahwu, sharf, balaghah, bayan dan lainnya. Ditambah dengan satu lagi yaitu ilmu mantiq atau ilmu logika ilmiyah yang juga sangat penting.

Juga tidak boleh dilupakan adalah pengetahuan dan wawasan dalam masalah syariah, misalnya mengetahui fiqih-fiqih yang sudah berkembang dalam berbagai mazhab yang ada.

Semua itu merupakan syarat mutlak bagi seorang ulama, agar mampu mengistimbath hukum dari quran dan sunnah.

b. Kiyai

Lain halnya dengan sebutan kiyai, yang bukan istilah baku dari agama Islam. Panggilan kiyai bersifat sangat lokal, mungkin hanya di pulau Jawa bahkan hanya Jawa Tengah dan Timur saja. Di Jawa Barat orang menggunakan istilah Ajengan.

Biasanya istilah kiyai juga disematkan kepada orang yang dituakan, bukan hanya dalam masalah agama, tetapi juga dalam masalah lainnya. Bahkan benda-benda tua peninggalan sejarah pun sering disebut dengan panggilan kiyai.

Melihat realita ini, sepertinya panggilan kiayi memang tidak selalu mencerminkan tokoh agama, apalagi ulama.

c. Ustadz

Sedangkan panggilan ustadz, biasanya disematkan kepada orang yang mengajar agama. Artinya secara bebas adalah guru agama, pada semua levelnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan kakek dan nenek. Namun hal itu lebih berlaku buat kita di Indonesia ini saja.

Istilah ini konon walau ada dalam bahasa Arab, namun bukan asli dari bahasa Arab. Di negeri Arab sendiri, istilah ustadz punya kedudukan sangat tinggi. Hanya para doktor (S-3) yang sudah mencapai gelar profesor saja yang berhak diberi gelar Al-Ustadz. Kira-kira artinya memang profesor di bidang ilmu agama.

Jadi istilah ustadz ini lebih merupakan istilah yang digunakan di dunia kampus di beberapa negeri Arab, ketimbang sekedar guru agama biasa.

d. Penceramah

Adapun nama tokoh seperti yang anda sebutkan di atas, mungkin lebih tepat untuk disebut dengan profesinya, yaitu penceramah. Karena kerjanya memang berceramah ke sana ke mari. Sedangkan untuk disebut sebagai ulama atau ustadz, kalau kita mengacu kepada penggunaan istilah yang baku dan formal, rasanya memang kurang tepat.

Yang namanya berceramah, memang boleh siapa saja dan juga bisa bicara apa saja. Dari masalah-masalah yang perlu sampai yang tidak perlu. Dengan merujuk langsung kepada literatur hingga yang hanya ngelantur. Yang penting memenuhi selera penonton.

Dan biasanya ceramah mereka selain lucu, juga komunikatif serta seringkali mengangkat masalah yang aktual. Sehingga yang mendengarkannya betah duduk berjam-jam. Itu sisi positifnya.

Positif yang lainnya penceramah model begini adalah mampu merekrut massa yang lumayan banyak. Mungkin karena juga dibantu dengan media.

Tetapi kekurangannya juga ada. Misalnya, umumnya mereka bukan orang yang lahir dan dibesarkan dengan tradisi keilmuan yang mendalam. Juga bukan jebolan perguruan tinggi Islam dengan disiplin ilmu syariah. Padahal point ini cukup penting, sebab yang mereka sampaikan ajaran agama Islam, tentunya mereka harus mampu merujuk langsung ke sumbernya. Agar tidak terjadi keterpelesetan di sana sini.

Yang kedua, kelemahan tokoh yang dibesarkan media adalah akan cepat surut sebagaimana waktu mulai terkenalnya. Pembesaran nama tokokh lewat media itu memang demikian karakternya. Cepat membuat orang terkenal dan cepat pula 'melupakannya'. Yang dimaksud dengan melupakan maksudnya adalah bahwa media bisa dengan mudah menampilkan sosok baru. Dan sosok lama akan hilang sendirinya dari peredaran.

Kecuali hanya pada tokoh yang dikenal berkarakter kuat, sehingga tidak lekang dilewati panjangnya zaman. Kira-kira seperti bintang film juga. Ada aktor yang sampai tiga zaman, tapi ada juga aktor yang terkenal dan meroket dengan cepat, lalu hilang dari peredaran.

Namun lepas dari keutamaan dan kelamahannya, para penceramah ini sudah punya banyak jasa buat umat Islam di negeri ini. Banyak orang yang tadinya kurang memahami agama, kemudian menjadi lebih memahami. Yang tadinya kurang suka dengan Islam, berubah jadi lebih suka. Semua itu tentu saja tidak bisa kita nafikan, sekecil apa pun peran mereka.

Tentu bukan pada tempatnya bila mereka melakukan hal-hal yang kurang produktif, kita lalu mencemooh, memaki atau bahkan bertepuk tangan gembira melihat bintang mereka mulai pudar. Kekurang-setujuan kita dengan beberapa hal yang mereka lakukan, jangan sampai membuat kita harus melupakan peran dan jasa mereka selama ini. Bahkan belum tentu kalau kita sendiri yang berada pada posisi mereka, kita akan mampu memenuhi harapan semua orang.

Dan ke depan, tidak ada salahnya kita secara serius dan profesional menyiapkan kelahiran para ulama yang lebih matang. Bukan sekedar yang enak diorbitkan media, tetapi mereka yang kita sekolahkan ke Timur Tengah dengan serius, hingga mendapatkan ilmu yang cukup. Lalu ketika pulang ke negeri ini, mereka bekerja dengan baik menyampaikan ilmunya kepada kita semua.

Mungkin tidak ada salah tiap masjid di negeri ini berinvestasi untuk melahirkan satu ulama. Misalnya, dengan memilih lulusan pesantren yang punya nilai tinggi, untuk dibiayayi kuliah S-1 dan S-2 ke Mesir, Saudi, Kuwait, Pakistan, Jordan, Suriah atau pusat-pusat ilmu lainnya. Dengan asumsi, 4 tahun lagi mereka akan segera lulus S-1. Itu saja sebenarnya sudah jauh lumayan dari pada sekedar penceramah. Apalagi kalau bisa sampai S-2 atau bahkan S-3, tentu akan lebih baik lagi.

Nantinya diharapkan tiap masjid dipimpin oleh lulusan-lulusan yang berkualitas seperti mereka. Mereka yang jadi imam, mereka yang juga mengajarkan ilmu-ilmu di masjid, dan mereka juga yang dijadikan rujukan dalam masalah agama. Orang-orang cukup datang ke masjid utuk berkonsultasi masalah syariah. Dan itu bisa dilakukan tiap hari dalam tiap waktu shalat. Sebab mereka memang dipekerjakan dan digaji oleh masjid, tentunya dengan standar yang baik. Sehingga para imam masjid ini tidak perlu nyambi jadi tukang ojek, atau jadi karyawan di pabrik dan perusahaan tertentu. Waktunya bisa dimanfaatkan 24 jam untuk umat dan beliau stand-by di masjid.
Santri berasal dari bahasa sansekerta

San artinya “Suci”

Tri artinya “Tiga”. Jadi santri itu harus suci dari tiga perkara yaitu

1.Bersih dari kemaksiatan

2.Bersih dari kedholiman

3.Bersih dari kebodohan.