Implikasi
Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang
penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan
intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan
kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual
tersebut. Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu
keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman
secara psikologis apabila:
1. Pendidik
dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala
kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan
mampu.
2. Pendidik
mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
3. Pendidik
memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku
peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut
pandang anak.
Teorri Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting
hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan
bahwa aktifitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif.
Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif,
sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang
laian saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan
kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektual.
Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai
peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar
sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik
untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar
tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik
handaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada
ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Menciptakan
interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2. Memberi
kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang
ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat
menunjang perkembangan intelaktual anak.
3. Menjaga dan
meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah raga
maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berfikir
peserta didik.
4. Meningkatkan
kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui mass-media cetak maupun
menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau
mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual
peserta didik.
Implikasi
Faktor Fisisk Teerhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikn sarana dan prasarana
yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya:
tempat didik yang kurang seuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu
istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat
adanya jam-jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya:
merlalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olah raga, bela diri, dan
sejenisnya.
Implikasi
Faktor Emosional terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan
factor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua,
perubahan dalam hubungannya dalam teman-teman, perubahan pandangan luar (dunia
luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan
individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan
diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan
sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang,
bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat
mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam
menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi peserta didik
perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan
tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya
memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan
yang tidak mungkin di lakukan.
Implikasi
Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap
dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum
dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka
melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di
luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan
sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas
untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan
sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh
intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika
anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan
sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1. Sekolah
harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
2. Saling
menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulangi
masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat
apapun
3. Pola
pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi
guru.
Implikasi
Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang
dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan
pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang
(Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat
khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance”
atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih
memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat
khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia
sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
1. Dikembangkan
suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mengembangkan bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan
psikologis maupun fisiologis.
2. Dilakukan
usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta
kegigihan dalam melakukanusaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara
terpadu.
3.
Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan
formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada peserta
didik yang memiliki bakat khusus menojol.
Implikasi
Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya
akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan
peserta didik. Persoalannya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik ? Beberapa hal dibawah ini dapat
digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan .
1. Memberi
penjelasan
Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan
iptek), hendaknya:
a. Menentukan
hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.
b. Memberi
penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan
menghindari penjelasan yang salah baik disengaja maupun tidak.
c. Memberi
penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga sehingga semua peserta didik
dapat menangkapnya dengan baik.
d. Menghindari
berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
e. Menghindari
penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
f. Memeriksa
kembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi
yang disampaikannya.
2. Mengajukan
pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis,
yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan
tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan
pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan
sederhana, dan penerapan pengertian.
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan
ini adalah :
a. Mengulangi
pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik
yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
b. Menempatkan
pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
c. Merangsang
peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
d. Merespon
pertanyaan dengan baik.
1. Memberikan Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah
tercapai dengan baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar
kepada peserta didik atau sebaliknya.
Implikasi
Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi
antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan
faktor lingkungan. Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama
lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri
dalam operasionalnya.
Atas dasar sedikit informasi tersebut di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan
sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
2. Interaksi
manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan
maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
3. Dalam
interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial
yang dalam hal ini ialah keluarga.
4. Atas
dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik terutama orang tua, maka
anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial,
serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
5. Setelah
umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai
tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani
yang lain.
6. Kematangan sosial merupakan landasan bagi kematangan intelektual, karena
perkembangan kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial tersebut.
7. Kematangan emosional melandasi kematangan sosial dan kematangan intelektual,
karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh
kondisi perasaannya.
8. Kematangan jasmani merupakan dasar yang melandasi semua kematangan sebagimana
dimaksudkan di atas.
9. Pendidik
yang berkecimpung dalam pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak
hendaklah memperhatikan keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani
dan rohani anak dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
10. Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh
anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola
tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
11. Iklim
emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi: hubungan emosional antara
keluarga, kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan.
12. Seorang
anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan
di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
13. Pada
umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang
semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam segi ruhani ia mengalami perkembangan
pengetahuan dan kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh
hasrat belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
14. Pemahaman
guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam
perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
15. Karakteristik umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai
dengan: Kegelisahan, pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal
dan aktivitas berkelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar